Indonesia sempat mencatat sejarah dengan membuat sebuah pesawat terbang di tahun 1990-an. Hal ini tak lepas dari nama besar mantan presiden BJ Habibie yang saat itu menjabat sebagai Menristek.
Sejarah Pesawat Pertama buatan Indonesia
Melansir laman resmi Kementerian Keuangan, pesawat pertama buatan Indonesia adalah pesawat N250. Pembuatan pesawat ini menjadi program Pemerintah yang dilaksanakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi yang dipercayakan kepada PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PT DI.
Menristek BJ Habibie membuatnya dengan mimpi besar agar Indonesia yang secara geografis berupa kepulauan dapat terkoneksi lewat udara. Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk melaksanakan program tersebut diberikan melalui tambahan Penyertaan Modal Negara dan juga bantuan langsung yang bersumber dari bantuan pendanaan. Melansir laman indonesiabaik.com, pesawat N250 awalnya didesain dengan kapasitas 30 penumpang yang kemudian diganti menjadi 50 penumpang.
Pesawat N250 ini dibuat dengan spesifikasi mesin dual turboprop 2439 KW Allison AE 2100C dengan jumlah enam bilah baling-baling. Pesawat buatan anak bangsa ini mampu terbang dengan kecepatan maksimum 610 km/jam dan kecepatan ekonomisnya pada 555 km/jam. Ketinggian jelajah pesawat N250 ada di 25.000 kaki dengan daya jelajah mencapai 2040 km. Tahun 1989, pesawat N250 diperkenalkan di Paris Air Show, Le Bourget, Perancis oleh Bapak B.J. Habibie.
Kemudian pada 10 November 1994, prototipe N250 Gatotkaca berkapasitas 50 penumpang keluar dari hanggar (roll-out) ditarik 50 karyawan IPTN. Adapun kode N yang digunakan memiliki arti sebagai “Nusantara”, sementara sebutan “Gatotkaca” adalah pemberian dari Presiden Soeharto untuk prototipe pertama pesawat N250. Presiden Soeharto juga memberi nama tiga prototipe N250 berikutnya yaitu Krincingwesi, Koconegoro dan Putut Guritno. Pada masa itu, industri pesawat terbang ini diharapkan dapat mencatatkan kejayaan kedirgantaraan Indonesia.
Penerbangan Perdana Pesawat N250
Pesawat N250 yang dikerjakan sejak tahun 1986 akhirnya selesai pada tahun 1995. Melansir laman resmi BRIN, pada 10 Agustus 1995 dilakukan penerbangan perdana pesawat N250.
Penerbangan perdana dilakukan di Bandara Husein Sastranegara, Bandung dan dihadiri oleh dihadiri oleh Presiden Soeharto, Ibu Tien, Wakil Presiden Try Sutrisno, dan Ibu Tuti. Ribuan orang menyaksikan langsung penerbangan perdana pesawat N250 yang juga disiarkan langsung oleh TVRI. Ketika itu, pesawat N250 yang dipiloti Erwin Danuwinata itu berhasil lepas landas. Hari bersejarah tersebut kemudian diabadikan sebagai Hari Teknologi Nasional.
Kelanjutan Produksi Pesawat N250 Terganjal Krisis Moneter
Krisis moneter yang melanda Indonesia di tahun 1998 membawa dampak kepada kelanjutan produksi pesawat N250. Pada saat itu untuk sampai ke tahap produksi, pesawat N250 butuh investasi senilai 650 juta dollar AS atau kini setara dengan Rp 8,45 triliun. International Monetary Fund (IMF) yang saat itu memberikan bantuan dana kepada Indonesia meminta agar dana tersebut tidak digunakan untuk pengembangan proyek pesawat N250.
Mau tidak mau proyek penelitian dan pengembangan pesawat N250 yang tengah berjalan akhirnya terhenti. Melansir laman Kementerian Keuangan, pesawat penelitian dan pengembangan pesawat N250 selanjutnya dilakukan pengakuan sebagai Barang Milik Negara (BMN). Pengakuan aset eks proyek penelitian dan pengembangan N250 sebagai BMN terlebih dahulu dilakukan melalui pencatatan sebagai aset Pengelola Barang (SATK 999.99).
Pencatatan sebagai aset Pengelola tersebut dilakukan secara in out untuk kemudian ditetapkan statusnya kepada Pengguna Barang, yaitu Kementerian Pertahanan cq TNI AU dan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional. Pesawat N250 Pro Prototype Aircraft PA-01 (Gatotkaca) dikelola Kementerian Pertahananan cq TNI AU dan masuk Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala Yogyakarta. Sementara Prototype Aircraft PA-02 (Krincingwesi), Prototype Aircraft PA-03 (Koconegoro), Mockup (Maket Pesawat) N-250 dan Hak atas Kekayaan Intelektual akan dikelola Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional.